Kurikulum yang katanya memang digunakan di banyak negara ini memang mengadopsi sisitem pembelajaran yang ruang lingkupnya luas, dari materi pokok per satuan mata pelajaran, lalu bagaimana aplikasinya dalam keseharian, termasuk bagaimana mata pelajaran mempengaruhi pola berpikir siswa, jauh di luar materi pelajarannya itu sendiri.
Karena muatan masing-masing pelajaran memang komplek alias rumit. Misalnya dalam mata pelajaran fisika saja, terdapat banyak muatan lain, seni penciptaan alam, sains menghitung kuantum semesta, juga terdapat pelajaran rasa syukur atas penciptaan alam semesta oleh Allah.
Ini termuat dalam buku laporan, yang memuat sisi pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang harus dimiliki dan 'dilakukan' oleh semua siswa.
Persoalannya adalah hal-hal tehnis dan pola berpikir kita yang ternyata masih belum sepenuhnya siap menerima kehadiran K13.
Mungkin kita seringkali terjebak dengan hal-hal tehnis, maksud saya pengambil kebijakan, dalam hal ii Menteri Pendidikan berkeinginan mendorong kurikulum yang kuat dan bisa mendorong kemajuan pendidikan di Indonesia, cuma kadang-kadang lupa bahwa. para cek gu juga sudah lama diabaikan k kebijakan soal penguatan kapasitas.
Jadi kadangkala gaptek jika ketemu pengisian online sertifikasi, Gamang begitu diharuskan ber K13, jadi harus ada kekompakan dulu para pengambil kebijakan untuk memulai sesuatu. agar para guru tidak dijadikan sasaran kekurangan, sasaran kegagalan dan sasaran ketidaksiapan pengambil kebijakan di atas, termasuk dalam soal K13 ini.
0 Komentar