oleh rini wulandarihttp://aceh.tribunnews.com/2014/12/15/ruang-mtss-tangan-tangan-berdinding-seng-bekas
sangat memprihatinkan. ketika kita berbicara panjang lebar tentang pendidikan karakter, pendidikan berbasis sains, Kurikulum 2013. jauh di naggroe kita masih ada kelas-kelas beratap seng dan berdinding seng sekaligus.
tak terbayang rasanya jika mereka adalah anak-anak pejabat di naggroe ini, apakah mereka tetap tidak peduli dan menutup mata?. sayangnya nasib yang dialami anak-anak kita adalah para siswa bersemangat belajat tinggi di MTsS Tangan-Tangan di Abdya, sehingga mereka harus mengalami proses belajar dan mengajar yang tidak hanya membutuhkan semangat juga kesabaran.
lagi-lagi kita mesti bertanya pada para wakil rakyat di pemerintahan, dan parlemen yang sedang bersibuk ria memperebutkan kursi pimpinan sidang dan parlemen. Mereka belum lagi menuntaskan Rancangan Anggaran Pembangunan Dan Belanja Aceh (RAPBA) 2015 yang waktunya kian genting pada desember ini.
apakah kelak dengan mengucurnya dana itu akan menjadi berita gembira, bagi anak-anak kita di sekolah yang jauh dan tetinggal?. apakah harapan mereka yang sederhana sebuah kelas yang tidak lagi berdinding seng akan terpenuhi?, akankah kelas mereka yang juga berada di gudang seperti teman mereka di Idi juga akan berubah menjadi kelas lebih baik?.
kita terlalu banyak bicara bagaimana memajukan Aceh, bagaimana mendorong ekonomi bertumbuh dan berkembang, bagaimana pembangunan merata ke seluruh nanggroe. tapi jauh di luar itu kita lupa membangun manusianya. Membangun anak-anak Aceh Masa Depan.
Ruang MTsS Tangan Tangan Berdinding Seng Bekas
serambi-senin 15 desember 2014
BLANGPIDIE - Dua ruang belajar Madrasah Tsanawiyah Swasta (MTsS) di Kecamatan Tangan-Tangan, Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya), dibangun menggunakan atap dan dinding dari seng bekas. Proses belajar mengajar pun menjadi sangat tidak nyaman, terutama saat terik matahari, karena hawa panas menerpa dalam ruangan.
Kondisi memprihatinkan itu sangat ironi, di tengah melimpahnya dana pendidikan bersumber dari dana Otonomi Khusus (Otsus) yang mengalir ke Provinsi Aceh. Padahal, MTsS yang terletak di Desa Gunung Cut itu, merupakan satu-satunya madrasah tsanawiyah di Kecamatan Tangan-Tangan.
Kepala MTsS Tangan-Tangan, Salman Alfarisi MPd, Sabtu (13/12) mengungkapkan, para siswa sering mengeluhkan hawa panas yang menyeruak saat mereka sedang belajar di kelas, terutama pukul 11.00 WIB siang ke atas, karena dinding kelas dibangun dengan seng bekas, bantuan Dinas Pendidikan Abdya. Ia menjelaskan, MTs ini didirikan tahun 2001, dan saat ini memiliki 136 siswa dan 18 tenaga kependidikan baik PNS maupun tenaga bakti dengan membuka enam rombongan belajar (rombel).
“Saat ini, MTsS Tangan-Tangan mengalami kekurangan ruang belajar. Dari 6 rombel yang ada, baru 4 rombel yang sudah memiliki kelas permanen. Sedangkan 2 rombel lagi, terpaksa dibangun 2 kelas darurat yang beratap dan berdinding seng bekas,” ujarnya.
Salman sangat mengharapkan bantuan dari berbagai pihak, terutama dari Pemerintah Aceh dan Pemkab Abdya untuk menambah ruang belajar baru, untuk kelanjutan pendidikan anak-anak Abdya ke depan.
Kepala Kantor Kementerian Agama Abdya, H Arijal SAg, dihubungi Serambi, Minggu (14/12), membenarkan MTs Swasta Tangan-Tangan masih menggunakan dua ruangan darurat. Ia mengaku terus berusaha memberikan perhatian terhadap madrasah-madrasah yang berada di jajarannya. “Kami tidak tutup mata dengan kondisi madrasah tersebut. Kami terus melobi, dan melaporkan masalah ini kepada pihak-pihak terkait. Pembangunan dua ruangan baru untuk MTsS Tangan-Tangan, sudah diusulkan untuk dibangun 2015”, ungkap Arijal.(nun)

0 Komentar